Saturday, December 5, 2015

SISTEM PENILAIAN PERSEDIAAN

1.    METODE DALAM PENENTUAN NILAI PERSEDIAAN DALAM SISTEM PERIODIK (FISIK)
a)    FIFO
Di dalam metode ini biaya persediaan yang paling awal yang ada terlebih dahulu dibebankan sebagai harga pokok penjualan. Dengan demikian barang yang ada dalam persediaan dianggap berasal dari pembelianpembelian sebelumnya dianggap telah dijual atau dikeluarkan.
Ilustrasi : Menentukan nilai persediaan dengan metode FIFO/MPKP.
Transaksi perdagangan PT. TATA, Jakarta dalam bulan Januari 2002:
01/1
Saldo
10 unit
@10.000
10/1
Pembelian
25 unit
@20.000
20/1
Pembelian
5 unit
@30.000

TOTAL
40 unit

25/1
Penjualan
30 unit
@25.000
31/1
Sisa di Gudang
10 unit
(dihitungan secara fisik
Harga Pokok Penjualan untuk  30 unit yang terjual adalah:
10 unit
@10.000
100.000
20 unit
@20.000
400.000
30 unit

500.000
 Maka nilai persediaan atas dasar metode FIFO adalah :
5 unit
@20.000
100.000
5 unit
@30.000
150.000
10 unit

250.000

b)   LIFO
Metode yang didasarkan pada anggapan bahwa biaya persediaan yang paling akhir yang akan terlebih dahulu dibebankan sebagai harga pokok penjualan. Jadi metode LIFO adalah kebalikan dari metode FIFO.
Ilustrasi : Menentukan nilai persediaan dengan metode LIFO/MTKP.
Transaksi perdagangan PT. TATA, Jakarta dalam bulan Januari 2002:
01/1
Saldo
10 unit
@10.000
10/1
Pembelian
25 unit
@20.000
20/1
Pembelian
5 unit
@30.000

TOTAL
40 unit

25/1
Penjualan
30 unit
@25.000
31/1
Sisa di Gudang
10 unit
(dihitungan secara fisik
Harga Pokok Penjualan untuk 30 unit yang terjual adalah:
5 unit
@30.000
150.000
25 unit
@20.000
500.000
30 unit

650.000

Maka nilai persediaan atas dasar metode LIFO adalah:
10 unit
@10.000
100.000

c)    RATA-RATA SEDERHANA
Pada metode rata-rata sederhana, harga rata-rata barang per unit dihitung dengan membagi total harga per satuan setiap transaksi pembelian dengan jumlah transaksi pembelian termasuk persediaan awal barang.
Sedang nilai persediaan barang diperoleh dari hasil perkalian harga rata-rata per unit barang dengan sisa barang
Ilustrasi : Menentukan nilai persediaan dengan metode Rata-rata Sederhana.
Transaksi perdagangan PT. TATA, Jakarta bulan Januari 2000:
01/1
Saldo
10 unit
@10.000
10/1
Pembelian
25 unit
@20.000
20/1
Pembelian
5 unit
@30.000

TOTAL
40 unit
60.000

Harga rata-rata sederhana
60.000/ 3
20.000
25/1
Penjualan
30 unit
@20.000
31/1
Sisa di Gudang
10 unit
(dihitung secara fisik)
Maka nilai persediaan atas dasar metode Rata-rata Sederhana adalah:
10 unit
@20.000
200.000

d)   RATA-RATA TERTIMBANG
Dalam metode rata-rata tertimbang, biaya rata-rata barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang yang tersedia untuk dijual total kuantitasnya,
Ilustrasi : Menentukan nilai persediaan dengan metode Rata-rata Tertimbang.
Transaksi perdagangan PT. TATA, Jakarta bulan Januari 2000:
01/1
Saldo
10 unit
@10.000
100.000
10/1
Pembelian
25 unit
@20.000
500.000
20/1
Pembelian
5 unit
@30.000
150.000

TOTAL
40 unit

750.000

Harga rata-rata tertimbang
750.000/ 40 unit
18.750
25/1
Penjualan
30 unit
@18.750

31/1
Sisa di Gudang
10 unit

(dihitung secara fisik
Maka nilai persediaan atas dasar metode Rata-rata Tertimbang adalah:
10 unit
@18.750
187.500

e)    IDENTIFIKASI KHUSUS
Pengukuran biaya pada persediaan dengan metode identifikasi khusus memang jarang digunakan pada perusahaan. Tapi tidak sedikit pula perusahaan atau entitas yang menggunakan metode ini. Perusahaan atau entitas yang menggunakan metode identifikasi khusus jika memiliki persediaan yang dapat diidentifikasi dan pada saat penjualannya tidak dapat disubtitusikan.

Persediaan yang dimiliki baik persediaan awal, pembelian, sampai persediaan akhir dapat di identifikasi masing-masing nilai perolehan nya. Persediaan yang tidak dapat disubtitusi penjualannya atau pemakaiannya dapat dicontohkan pada perusahaan dagang yang menjualkan mobil. Jika konsumen sudah menunjuk satu mobil yang disukai dan hendak dibeli, maka mobil tersebut yang langsung keluar. Jadi pada metode identifikasi khusus tidak terikat seperti metode first in firs out atau last in last out (sudah tidak diperkenankan).

Metode identifikasi khusus juga berbeda dengan metode rata-rata tertimbang dalam menentukan nilai persediaan. Pada metode identifikasi khus, nilai persediaan adalah benar-benar sebesar harga perolehan nya. Jadi tidak dilakukan perhitungan nilai persediaan dengan menggunakan rata-rata atas nilai persediaan yang ada dengan nilai persediaan yang masuk. Harga pokok penjualan pada metode identifikasi khusus sebesar nilai peroleh mobil yang dijual tersebut.

Kelemahan metode ini jika perusahaan memiliki jenis persediaan yang dapat disubtitusi dan memiliki volume transaksi yang tinggi. Hal ini dapat dicontohkan pada perusahaan yang menjualkan beras. Pada saat pembelian yang terjadi selama satu periode, perusahaan memiliki harga beras yang beragam dengan jumlah transaksi yang banyak. Hal ini akan memakan banyak waktu dan tempat untuk mengidentifikasi beras sesuai harga perolehan nya dan jumlah yang dimiliki.

Agar lebih paham, langsung ke contoh saja. Berikut adalah data transaksi pada perusahaan mobil antik yang sangat langka pada bulan Januari 2014:
Tanggal
Keterangan
02
Membeli sebuah mobil A dengan nilai Rp 1.000.000.000,00
10
Membeli sebuah mobil B dengan nilai Rp 2.000.000.000,00
15
Membeli sebuah mobil C dengan nilai Rp 3.000.000.000,00
20
Membeli sebuah mobil D dengan nilai Rp 5.000.000.000,00
25
Menjual mobil A (Rp 1.500.000.000,00) dan mobil C (Rp 4.000.000.000,00)

Dari data diatas, yang terjual adalah mobil yang dibeli tanggal 2 dan 15 Januari.
Jadi dengan metode identifikasi khusus tidak terikat kapan persediaan diperoleh seperti metode FIFO dan LIFO.
Oleh karena itu, harga pokok penjualan perusahaan sebesar nilai perolehan mobil yang terjual sebesar
Mobil A
1.000.000.000
Mobil B
3.000.000.000
Harga Pokok Penjualan
4.000.000.000

Metode identifikasi juga berbeda dengan metode rata-rata tertimbang yang memiliki satu harga untuk semua jenis produknya. Berdasarkan metode identifikasi khusus, persediaan dinilai sesuai harga perolehan masing-masing. Jadi persediaan akhir perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Keterangan
Nominal
Mobil B
Rp 2.000.000.000,00
Mobil D
Rp 5.000.000.000,00
Jumlah
Rp 7.000.000.000,00


Pengaruh metode FIFO, LIFO, Rata-rata Sederhana, Rata-rata Tertimbang terhadap Persediaan Akhir,HPP, dan Laba Kotor.
Misalnya, penjualan 30 unit @ Rp. 40.000,- maka dapat dibuat perbandingan berikut
di bawah:

Keterangan
FIFO
LIFO
RATA-RATA
Tertimbang
Sederhana
Penjualan 30 unit @ Rp 40.000 per
unit
Rp 1.200.000,00
Rp 1.200.000,00
Rp 1.200.000,00
Rp 1.200.000,00
HP barang yang dapat dijual
(Persd.Awal + Pembelian)
Rp 750.000,00
Rp 750.000,00
Rp 750.000,00
Rp 750.000,00
Persediaan akhir 10 unit
(rumus dari metode masing-masing)
5
@20.000
100.000
10
@10.000
Rp.
100.000
10
18.750
Rp.
187.500
10
20.000
Rp.
200.000
5
@30.000
150.000
10

Rp. 250.000
Harga Pokok Penjualan/ HPP
(HP barang yang dapat dijual- Persd.Akhir)
Rp. 750.000
Rp. 750.000
Rp. 750.000
Rp. 750.000
Rp. (250.000)
Rp. (100.000)
RP. (187.500)
Rp. (200.000)
Rp. 500.000
Rp. 650.000
Rp. 562.500
Rp. 550.000
Laba kotor
(Penjualan-HPP)
Rp.1.200.000
Rp.1.200.000
Rp.1.200.000
Rp.1.200.000
(Rp. 500.000)
(Rp. 650.000)
(Rp. 562.500)
(Rp. 550.000)
Rp. 700.000
Rp. 550.000
Rp. 637.500
Rp. 650.000
Ringkasan pengaruh ketiga metode
Persediaan Akhir
Tertinggi
Terendah
Berada di antara FIFO dan LIFO, tetapi di bawah Rata-rata sederhana
Berada di antara FIFO dan LIFO, tetapi di atas Rata-rata sederhana
HPP
Terendah
Tertinggi
Laba Kotor
Tertinggi
Terendah

2.    METODE DALAM PENENTUAN NILAI PERSEDIAAN DALAM SISTEM PERPETUAL
a)      Metode FIFO
b)      Metode LIFO
c)      Metode Rata-Rata Bergerak

Contoh soal :
Tanggal
Keterangan
Unit
Satuan (Rp)
1/1
Saldo
10
5.500
2/1
Pembelian
5
5.000
4/1
Retur Pembelian
1
5.000
5/1
Penjualan
12
6.000
6/1
Retur Penjualan
1
6.000

Kartu Persediaan Barang Dagang
(FIFO)
dalam rupiah
Tanggal
Keterangan
Masuk
Keluar
Saldo
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
1/1
Saldo






10
5.500
55.000
2/1
Beli
5
5.000
25.000



10
5.500
55.000
5
5.000
25.000
4/1
Retur Beli
(1)
5.000
(5.000)



10
5.500
55.000
4
5.000
20.000
5/1
Jual



10
5.500
55.000
2
5.000
10.000
2
5.000
10.000
12

65.000
6/1
Retur Jual



(1)
5000
(5000)
3
5.000
15.000








3
5.000
15.000


Kartu Persediaan Barang Dagang
(LIFO)
dalam rupiah
Tanggal
Keterangan
Masuk
Keluar
Saldo
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
1/1
Saldo






10
5.500
55.000
2/1
Beli
5
5.000
25.000



10
5.500
55.000






5
5.000
25.000
4/1
Retur Beli
(1)
5.000
(5.000)



10
5.500
55.000






4
5.000
20.000
5/1
Jual



4
5.000
20.000
2
5.500
11.000



8
5.500
44.000



12

64.000
6/1
Retur Jual



(1)
5.500
(5.500)
3
5.500
16.500

Kartu Persediaan Barang Dagang
(Rata-rata Bergerak)
dalam rupiah
Tanggal
Keterangan
Masuk
Keluar
Saldo
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
Unit
Harga
Jumlah
1/1
Saldo






10
5.500
55.000
2/1
Beli
5
5.000
25.000



15
5.333,33
80.000
4/1
Retur Beli
(1)
5.000
(5.000)



14
5.357,14
75.000
5/1
Jual



12
5.357,14
64.285,68
2
5.357,14
10.714,28
6/1
Retur Jual



(1)
5.357,14
(5.357,14)
3
5.357,14
16.071,42

semoga bermanfaat
rabbi zidni ilman warzuqni fahman :)

Lihat juga >> Akuntansi Persediaan